Kepolisian Republik Indonesia (Polri) baru-baru ini berhasil menahan seorang buronan asal Ukraina, Roman Nazarenco, di Bangkok, Thailand. Nazarenco ditangkap karena keterlibatannya dalam kasus laboratorium narkotika di Bali. Dirinya diduga berperan dalam jaringan narkoba yang menggunakan variasi laboratorium rahasia di dalam vila sebagai kedok untuk menyamarkan operasi.

Thailand telah dikenal sebagai tujuan pelarian para buronan narkoba. Menurut Brigjen Mukti Juharsa, banyak buron Indonesia yang kabur ke negara tersebut. Dengan meningkatnya kolaborasi antara Polri dan Divisi Hubinter, penangkapan semacam ini diharapkan dapat terus dilakukan, walaupun Nazarenco tidak memiliki hubungan langsung dengan jaringan Fredy Pratama, salah satu gembong narkoba paling dicari.

Nazarenco kini menghadapi ancaman hukuman mati dan denda hingga Rp 10 miliar, setelah diduga melanggar sejumlah pasal terkait penyalahgunaan narkotika. Penggerebekan di vila tersebut juga menahan tiga orang lainnya, termasuk dua warga negara Ukraina dan seorang warga negara Rusia. Di bawah operasi rahasia, jaringan ini berhasil menyatukan dua jenis laboratorium clandestine—menghasilkan metaphedrone, bahan baku untuk ekstasi, dan budidaya ganja secara hidroponik.

Penggunaan teknologi digital menjadi unggulan jaringan ini, yang dikenal dengan nama ‘Hydra Indonesia’. Dengan memanfaatkan forum darknet untuk promosi dan penjualan narkoba, jaringan ini sukses meraup keuntungan besar, termasuk senilai Rp 4 miliar dalam bentuk kripto. Melalui transaksi yang dilakukan baik secara konvensional maupun melalui teknologi digital, Hydra Indonesia membuktikan bahwa dunia maya kini menjadi medan baru dalam operasi perdagangan narkoba internasional.

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *